Anda mungkin bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi di ruang konseling. Dan tehnik apakah sebenarnya yang digunakan dalam proses terapi konseling.
Konseling adalah sebuah terapi lewat percakapan, penggalian data, peristiwa, masa lalu, perasaan, keinginan, pikiran, pergumulan, harapan ideal, harapan masa depan dan segala hal dalam diri Klien, yang dirasa tidak beres dan memerlukan pertolongan.
Konseling bukanlah sekedar perbincangan apalagi curhat. Konseling juga bukan sekedar proses meminta bantuan karena perlu “nasehat” dan “arahan” dari Konselor. Karena Konselor dan Klien, adalah dua pribadi berbeda dengan dua paradigman berpikir dan keinginan yang berbeda. Kurang tepat juga jika Klien hanya datang karena membutuhkan “nasehat” dari Konselor.
Counselor go beyond that. Bukanlah sekedar pemberian nasehat. Sebenarnya, Konselor membantu Klien untu merestrukturisasi kembali hidupnya. Segala hal yang dirasa tidak benar dan dirasa menjadi masalah, ditata kembali oleh Klien dengan bantuan Konselor Profesional. Proses restrukturisasi itulah sebenarnya yang terjadi dalam terapi konseling.
Saya sebenarnya tidak terlalu menyukai pemaparan artikel yang bersifat teoritis, karena Klien tentu bukan psikolog atau yang menyukai dunia kejiwaan sehingga perlu pemaparan secara detail. Namun mungkin menarik juga bagi sebagian Klien, untuk mengetahui sebenarnya apa landasan teori dan pendekatan yang dipakai oleh Konselor dalam melakukan tugasnya tersebut.
Setiap Konselor tentu berbeda. Dan saya yakin, tidak ada Konselor yang hanya menggandalkan satu pendekatan. Kadang demi resolusi terbaik, Konselor menggabungkan beberapa pendekatan yang dirasa tepat bagi Klien.
Saya pribadi menyukai dan menurut pengalaman saya, memberikan hasil efektif, ketika dalam konseling menggabungkan pendekatan behavorial (behavorial approach), cognitive approach dan client-centered approach.
Behavorial approach karena pendekatan pengubahan pola tingkah laku sangat baik dan efektif untuk diterapkan yang dikombinasikan dengan cognitive approach karena tetap saja tingkah laku kita dikontrol oleh apa yang kita tahu, dan client-centered approach, setiap Klien adalah manusia yang unik, spesifik dan tidak bisa disamaratakan dan harus diperlakukan secara khusus dan spesial.
Setiap Klien adalah berbeda dan unik. Setiap Klien memiliki kekhususan masing-masing yang memerlukan penanganan individual yang spesifik sehingga bisa dikatakan setiap proses konseling adalah tailor made, apa yang bisa diterapkan pada Klien yang satu, tidaklah akan sama dengan apa yang bisa diterapkan pada Klien yang lain.
Itulah sebabnya di luar negeri, dimana kesadaran Konseling sudah sangat tinggi dan memang sangat dibutuhkan, Konseling sangat mahal. Di Indonesia, baru memulai era disadarinya bahwa diperlukan pendamping Konselor Profesional ketika masalah sudah pada stadium tinggi. Padahal jauh lebih baik, jika Anda memiliki awereness cukup, sehingga mencari Konselor tidak dilakukan pada saat, seperti kata pepatah “nasi sudah menjadi bubur”. Ketika terasa ada hal yang tidak “pas”dan tidak “tepat”, segeralah mencari Konselor Profesional yang Anda percaya sehingga healing dan reconstruction process bisa lebih mudah dan lancar.
Namun tidak ada salahnya dengan artikel yang sedikit berbau teoritis, maka disini saya coba paparkan salah satu tehnik yaitu tehnik konseling behavorial.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
1. KONSEP DASAR
Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar :
- Pembiasaan klasik
- Pembiasaan operan
- Peniruan
Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Karakteristik konseling behavioral adalah :
- Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
- Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling
- Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien
- Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
2. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH
- Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
- Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
- Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
- Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
3. TUJUAN KONSELING
Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik :
- diinginkan oleh Klien
- Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut
- Klien dapat mencapai tujuan tersebut
- dirumuskan secara spesifik Konselor dan Klien bersama-sama (bekerja sama) untuk menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
4. DESKRIPSI PROSES KONSELING
Proses konseling adalah proses belajar, Konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.
Konselor aktif :
- Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah Konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak.
- Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
- Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Deskripsi langkah-langkah konseling :
Langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi latar belakang klien, latar belakang pemikiran yang menghasilkan tindakan, perasaan yang dihadapi dan semua dinamika perkembangan Klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya)
Konselor mendorong Klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Konselor harus mampu mengencourage Klien untuk jujur dan menjadi diri sendiri. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi metode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
2. GOAL SETTING
Yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment Konselor dan Klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.
Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Konselor dan Klien mendefinisikan masalah yang dihadapi Klien
b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling
c. Konselor dan Klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan dan ingin dicapai oleh Klien :
- Apakah merupakan tujuan yang benar-benar diinginkan klien
- Apakah tujuan itu realistik dan achievable dan doable
- Apa saja manfaat yang mungkin dihasilkan
- Apa saja kerugiannya
- Apa saja hambatan yang akan dihadapinya
- Kekuatan dan kelemahan apa yang Klien miliki untuk mencapai tujuan yang ingin diraih
3. TECHNIQUE IMPLEMENTATION
Yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan, yang menjadi tujuan konseling.
4. EVALUATION TERMINATION
Yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
5. FEEDBACK
Yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.
Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
- Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar Klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku Klien.
- Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
- Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
- Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung).
- Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial.
Teknik-teknik Konseling Behavioral
Teknik ini dugunakan untuk melatih Klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan Klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
4. Pembentukan Tingkah Laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada Klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini Konselor menunjukkan kepada Klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
Dalam konseling, seperti sudah saya jelaskan diatas, Konselor mengkombinasikan beberapa tehnik untuk dapat mencapai hasil maksimal perubahan mind-set dan tingkah laku yang diinginkan oleh Klien.Tidak mungkin hanya menggunakan satu tehnik saja.
Namun satu hal, Konseling menuntut keseriusan dan konsistensi. Karena merubah pola pikir dan pola tingkah laku buruk yang telah ada dalam diri Klien selama bertahun-tahun, tidaklah mudah. Di budaya barat, dimana Konseling sudah menjadi hal yang sangat diperlukan, masyarakat mereka sudah mengerti hal ini. Di Indonesia, karena Konseling belum terlalu dikenal masyarakat luas, dan masyarakat cenderung menyenangi hal-hal yang instant, maka terkadang Klien tidak persisten dan konsisten menjalani proses konselingnya. Sehingga terkadang amat disayangkan, potensi untuk mencapai hasil yang maksimal menjadi tidak tergali secara utuh.
Karena itu, saya selalu sarankan pada Klien untuk menikmati setiap konseling. Counseling is a journey. Nikmati dan resapi dan hal itu pasti akan membuat kompas hidup Klien menuju ke arah yang benar dan diikuti dengan pola pikir, pola tingkah laku yang akan mengarah pada hal yang diinginkan oleh Klien. Namun memerlukan kesabaran, konsistensi dan persisten.
Selama Klien memiliki niat kuat untuk berubah, a humble and teachable heart, maka bersama Konselor pasti dapat mencapai hasil positif yang diinginkan.
Jadikan konseling sebagai gaya hidup Anda, bukan sekadar jalan keluar dari keadaan kepepet
Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Personal & Marriage Counselor
www.konselingkeluarga.com
www.konselingpernikahan.com
-healing hearts-changing life-