11. Apa Manfaat Yang Suami Istri Dapatkan Ketika Mengikuti Konseling Pernikahan?
Dengan kesadaran, adanya masalah yang tidak terselesaikan, banyak pasangan, terutama yang telah teredukasi dengan baik, sangat mengerti perlunya menemui konselor pernikahan. Yang akan saya bahas disini adalah hal apa saja yang kita ekspektasikan terjadi jika pasangan suami istri datang menemui konselor pernikahan/konselor pernikahan?
1. Masalah menjadi lebih jelasKonselor pernikahan membantu meletakkan masalah yang ada pada proporsi yang tepat. Dengan tidak “berat sebelah”. Dengan tidak dikacaukan oleh tumpang tindih antara masalah yang satu dengan masalah yang lain. Konselor dengan pengalaman serta jam terbang yang memadai juga mampu “memilah” masalah yang ada, serta menggali jika ternyata yang selama ini diributkan bukan “inti” masalah sebenarnya.
2. Menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.
Terkadang suami istri terlibat dengan berbagai masalah. Bukan hanya masalah antar pasangan tapi juga melibatkan pihak ketiga, baik itu pil, wil ataupun keluarga besar. Belum lagi persoalan anak, keuangan, pekerjaan dan lain sebagainya. Dan juga suami istri terkadang begitu mempertahankan ego mereka masing-masing sehingga masalah yang diributkan hanyalah fenomena dan bukan akar persoalan mereka sesungguhnya. Dalam hal inilah, konselor berperan untuk menggali dan menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.
3. Terjadi proses transparansi dan perubahan perspektif
Dengan menemukan akar masalah serta peletakan masalah pada proporsi yang tepat maka kedua pihak yang berkonflik dan terlibat dalam masalah yaitu suami dan istri dimampukan untuk melihat masalah dengan persektif yang tepat. Dan dengan tuntunan konselor, maka proses tranparansi pun terjadi. Suami istri menjadi mampu melihat lebih jelas akan hal apa sebenarnya yang menjadi inti masalah. Dan bagaimana “peran” mereka sehingga masalah itu timbul diantara kedua pihak yang berkonflik.
4. Bukan mencari biang kerok kesalahan.
Perlu disadari bahwa proses konseling yang sehat bukan proses persidangan. Bukan mencari siapa benar atau siapa salah. Karena pada intinya kedua belah pihak bisa sama sama benar dan juga bisa sama sama salah. Yang menjadi fokus adalah mencari apa inti masalahnya dan bagaimana saya sebagai suami atau istri bisa melakukan hal apa guna menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Yang dicari adalah “apa” , “bagaimana” dan bukan “siapa”.
5. Mediasi penyusunan strategi dan kerjasama
Konseling juga merupakan proses pelatihan kerjasama. Setelah inti masalah ditemukan dan diletakkan pada proporsi yang tepat serta mendapatkan tranparansi yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah konselor berperan sebagai mediator untuk mengkoordinir kerjasama antara suami dan istri. Memediasi adanya pengaturan peran kembali. Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan baik oleh suami ataupun istri untuk menemukan solusi dari masalah yang ada. Strategi apa yang harus diterapkan. Langkah action apa yang harus dikomitmenkan.
6. Pendampingan/coaching and mentoring
Setelah ditemukan, maka konselor berperan untuk memberikan pendampingan, pembekalan, pemberdayaan (coaching and mentoring) pada setiap action plan yang telah ditetapkan untuk dilakukan oleh pihak suami dan istri.
7. Perasaan nyaman dan aman
Konselor juga berperan memberikan perasaan aman dan nyaman. Serta memberikan pembekalan baik secara kognitif, dukungan mental dan spiritual bahwa suami istri tersebut akan mampu menyelesaikan persoalan mereka. Dan jika di tengah penerapan action plan yang telah ditetapkan bersama terjadi hambatan dan kesulitan (yang sudah pasti akan terjadi) maka konselor berperan untuk memberkan feed back serta analisa kembali apa yang harus dilakukan kedepannya.
8. Kesinambungan
Konselor juga menjaga dan menjamin adanya kesinambungan. Sehingga apa yang telah dibicarakan di ruang konseling tidak menjadi “mentah” kembali ketika kembali ke kehidupan sehari-hari. Melainkan suami istri benar-benar memegang komitmen untuk melakukan apa yang telah mereka resolusikan di ruang konseling. Action plan yang telah dikomitmenkan sunguh-sungguh dijalankan. Sehingga masalah yang ada benar-benar tersolusikan. Bukan hanya “hilang sementara” selama mereka konseling, lalu timbul kembali begitu proses terapi konseling telah selesai.
9. Maintenance and enrichment process
Perkawinan yang sehat tentu perlu aspek pemeliharaan. Perlu “tune-up”, perlu “service rutin” sehingga memastikan segala sesuatu jalan pada rel yang benar dan memenuhi ekspektasi keduabelah pihak. Konselor memastikan, ketika persoalan telah terselesaikan maka kedua belah pihak tidak menjadi terjebak kembali kepada rutinitas yang membosankan. Tapi senantiasa diperbaharui, diperkaya sehingga walau perkawinan berlangsung bertahun-tahun tetap menggairahkan dan tidak membosankan. Tetap mampu menemukan “greget”nya dan tetap exciting untuk dijalani.
10. Last but not least : syarat keberhasilan langkah no 1 hingga 9
Apa yang saya dituliskan di nomor 1 hingga 9 HANYA bisa terjadi apabila keduabelah pihak (Suami dan Istri ) mengikuti proses konseling dengan 3 kondisi/syarat :
1) Suami istri menjalani proses konseling dengan bekal HUMBLE HEART
Humble heart berarti memiliki kerendahan hati untuk mengakui adanya persoalan dan membekali diri dengan niatan baik untuk menemukan solusi terbaik bagi berdua, bukan bagi kepentingan diri sendiri. Memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan kita, kekurangan serta kelemahan kita. Kejujuran sejati dari kerendahan hati yang hakiki.
2) Suami istri menjalani proses konseling dengan memiliki pola pikir TEACHABLE & OPEN MIND
Sadar bahwa setiap manusia tidak sempurna. Namun suami istri haruslah memiliki pola pikir seorang pembelajar. Suami istri haruslah mempersiapkan hati dan pikiran yang mau belajar, mau ditegur, mau mengubah paradigma berpikir, mau mencoba, mau berusaha, berani untuk keluar dari zona nyaman untuk menemukan solusi yang paling tepat.
3) Suami istri menjalani proses konseling bersama-sama dengan CONSISTENT dan PERSISTENCE
Kembali lagi, tidak akan ada hasil apapun dari proses yang instan. Konseling adalah merupakan serangkaian proses terapi percakapan dari hati ke hati. Yang menggali sampai ke inti. Membuka sampai ke lapisan yang terdalam. Yang mengupas seluruh pola pikir, pola integritas diri, pola asuh, pola tumbuh kembang. Suami istri yang menjalani konseling harus menyadari bahwa proses pembenahan adalah dari segala sisi. Bukan hanya dari sisi yang kelihatan atau fenomena persoalan saja. Karena itu, konseling merupakan proses serangkaian terapi yang berkesinambungan. Yang memerlukan kesiapan untuk konsisten dan persisten. Mengapa? Karena hasil yang diharapkan dari proses terapi konseling adalah hasil yang PERMANEN. Bukan hanya mengubah secara sementara.
Tentu saja semua kasus adalah spesifik, bersifat individual, tidak bisa dibandingkan antara pasangan yang satu dengan yang lain. Ada yang persoalan sangat rumit namun bisa dengan cepat menemukan solusi dan semua kembali back on track dengan cepat. Ada yang masalah gampang namun banyak sekali denial dan pembelokkan fakta sehingga menjadi lama dan berlarut-larut.
Namun intinya, Konselor selalu mengaturkan strategi akan proses menemukan solusi dan pembenahan dilakukan secepat mungkin. Karena sama sebenarnya dengan sakit fisk, semakin lama sembuh, semakin banyak komplikasinya. Karena itu dengan niat dan tekad kuat dan keingian untuk cepat tuntas maka proses pemecahan semua masalah dapat diekskalasi agar cepat selesai dan tidak berlarut-larut.
Sehingga Suami dan Istri kembali dapat segera menikmati manisnya perkawinan tanpa ada lagi ganjalan atau batu penghalang dalam perasaan mereka satu sama lain.
Dan seperti segala hal di muka bumi ini, hal yang bagus, yang baik, yang mulia, yang memiliki nilai tinggi tidak pernah didapatkan dengan murah. Ada harga yang harus dibayar. Baik dengan tenaga, waktu dan tentu saja uang. Namun yang penting adalah Anda tahu bahwa uang yang Anda keluarkan tidak akan ada artinya dibandingkan dengan solusi permanen yang Anda dapatkan. Karena tidak ada gunanya Anda menyimpan sedikit uang lebih namun hidup Anda sengsara, tidak dapat fokus bekerja, tidak enak makan dan minum bahkan mungkin sudah menggerogoti fungsi diri Anda sebagai manusia yang utuh.
Berbijaksanalah untuk mengejar kebahagiaan sejati, memiliki keluarga yang utuh, sehat dan membanggakan bagi diri sendiri, bagi pasangan, bagi seluruh keturunan Anda ke bawah, bagi keluarga besar dan tentu saja bagi Tuhan.